Fuji Cerita Perjalanan Kesehatan Mental hingga Didiagnosis ADHD (Foto: dok Instagram fuji_an)
Jakarta, Insertlive -
Fujianti Utami alias Fuji berbagi pengalamannya tentang kesehatan mental. Ia menghadapi proses panjang sebelum akhirnya mengetahui bahwa dirinya mengidap Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
ADHD merupakan gangguan perkembangan pada otak yang ditandai kesulitan fokus, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Gejala-gejala ADHD ternyata sudah mulai muncul sejak Fuji kecil.
"Jadi aku suka lupa taruh barang, suka lupa apa yang aku lakukan, kalau belajar ramai-ramai nggak fokus," cerita Fuji dalam YouTube Raditya Dika.
Fuji awalnya mengira dirinya mengidap bipolar karena suasana hatinya sering berubah drastis. Namun, Fuji menyadari gejala tersebut mungkin hanya bagian dari masa pubernya.
"Itu kayaknya memang masa-masa remaja saja yang baru puber yang memang nggak stabil aja, lagi masa-masa berontak saja," katanya
Gejala ADHD kembali dirasakan Fuji di awal kariernya di dunia hiburan. Fuji mengaku sulit menghafal naskah hingga kesulitan fokus saat mengedit konten-kontennya di media sosial.
"Pas lagi ngedit, ngedit setengah, sudah bosan, aku tinggalin, abis itu lupa, aku lanjut editannya sebulan kemudian. Bisa separah itu," ungkap Fuji.
Puncaknya, ketika Fuji mengalami stres berat akibat berbagai masalah, mulai dari percintaan hingga tekanan publik di media sosial. Fuji akhirnya menjalani konsultasi ke psikolog atas permintaan sahabatnya, Vio.
"Kompleks dulu, drama, stres sendiri. Akhirnya aku dibawa ke psikolog sama teman aku, Kak Vio," bebernya.
"Awalnya, aku nggak mau karena aku masih kolot kali ya, masih kecil. Aku merasa I don't need that, tapi kakakku, Kak Vio itu kayak kasihan gitu lihat aku," lanjutnya.
Fuji mengungkapkan kala itu Vio yang mendaftarkan dan membayarkan sesi konseling untuknya. Fuji akhirnya luluh dan mau ke psikolog untuk konseling.
Setelah berkali-kali mengikuti konseling hingga melakukan beberapa jenis tes, Fuji diduga mengalami gejala ADHD. Fuji pun mulai mencari tahu lebih jauh tentang ADHD, yang ternyata membantunya lebih memahami diri sendiri.
"Pertemuan ketiga ini menurut aku lumayan menolong karena aku jadi lebih mengerti diri aku. Bukan sekadar mengerti, tapi mempraktikkan. Aku sudah nggak lagi tone deaf, cueki diri sendiri," ungkap Fuji
"Aku mulai bisa menerima diri gue gitu, aku searching apa yang bagus apa yang nggak boleh. Ternyata nggak boleh gula," sambungnya.
Kondisi mental tersebut rupanya juga berpengaruh dalam kehidupan sosial Fuji, termasuk percintaan. Fuji mengaku membutuhkan hubungan yang dinamis, di mana ia bisa mempunyai obrolan dan kegiatan beragam bersama pasangannya.
"Misal balas chat jadi malas, bosan, kalau misal topiknya berulang, aku butuh sesuatu yang baru, kayak butuh topik baru atau kegiatan baru, atau kayak butuh waktu untuk berjarak," tuturnya.
(KHS/fik)
Tonton juga video berikut:
ARTIKEL TERKAIT

SNAP! adalah kanal video vertikal yang menyajikan konten infotainment singkat, cepat, dan visual. SNAP! menghadirkan cuplikan selebriti, tren viral, hingga highlight interview.
BACA JUGA
detikNetwork

6 hours ago
3















































